Keberadaan geng-geng tersebut tentu saja meresahkan bagi masyarakat Malang raya. Namun pada 1987 muncullah sebuah klub di Malang yang kita kenal dengan AREMA. Kemunculan Arema menghilangkan geng-geng tersebut karena mereka semua merasa satu dalam AREMA (Arek Malang).
Namun, masih menurut Aremania awal itu, bukan berarti tawuran sudah hilang di Malang Raya. Sebelum terbentuknya (tepatnya muncuknya istilah) AREMANIA, suporter Arema (belum memiliki nama) masih menyukai tawuran. Awal 1990an bahkan sebelum tour Jakarta antar pendukung Arema (berdasarkan masing-masing wilayah) tawuran dulu sebelum bersama-sama berangkat ke Jakarta. Perasaan perbedaan tersebut mulai luntur ketika istilah (entah siapa yang memuncukan) AREMANIA ada. Mereka merasa tidak ada perbedaan lagi diantara mereka, yang ada adalah ungkapan “podho Malange” ketika ada friksi diantara AREMANIA.
AREMANIA mengejawantah menjadi suporter kreatif, cinta damai (dan disegani) ketika tour 8 Besar Jakarta tahun 2000. Stigma negatif dari suporter sepakbola yang diciptakan oleh Bonek seakan runtuh ketika itu. AREMANIA hadir membawa semangat revolusi mengenai apa itu suporter sepakbola. Tidak ada pemalakan atau tindak kriminal lain di ibukota ketika itu melambungkan nama AREMANIA. Kreatifitas AREMANIA di dalam dan luar stadion diakui koran-koran Ibukota bahkan koran terbitan Surabaya yang biasa menyanjung Persebaya turut memuji AREMANIA. PSSI pun mengapresiasi dengan memberikan penghargaan suporter terbaik (belum pernah ada penghargaan ini sebelumnya) kepada AREMANIA. Di kalangan suporter lain, muncul semangat revolusi yang sama. Mereka mengikuti jiwa kreatifitas AREMANIA termasuk diantaranya menjiplak kreatifitas AREMANIA (sebuah bukti karya kita bagus). Nama AREMANIA pun disegani suporter lain.

Bhineka Tunggal Ika. Meskipun beda warna, kita tetap damai
Saya ingat ketika nonton AREMA di Lebakbulus tahun 2003, ketika itu AREMANIA diserang Jakmania setelah pertandingan. Bahkan terjadi kejar-kejaran dari stadion Lebakbulus sampai Pondok indah Mall (+ 2km). Saat nonton AREMA di Tangerang tahun 2005, kami bahkan dilempari sepanjang pertandingan. Saya terkena lemparan batu, jujur saat itu emosi saya pun terpancing. Namun ada himbauan bijak dari sam-sam AREMANIA yang ada disitu, “Hei ojok dilawan. Kera licek kuabeh iku, inget AREMANIA cinta damai”. Seketika emosi saya hilang, berganti kebanggaan memakai nama AREMANIA. Terakhir ketika lawatan AREMA ke Kerawang, Desember 2009 saya dan teman-teman AREMANIA 1 bus dilempari oknum suporter Karawang.
Apa yang terjadi dengan kelompok-kelompok suporter itu saat ini? Jakmania menjadi kerabat terdekat AREMANIA, suporter Tangerang masih diterima hangat di Malang bahkan suporter Pelita 6 bulan kemudian ikut beratraksi dengan AREMANIA di Kanjuruhan dalam ajang Piala Indonesia. Itu belum termasuk suporter Jogjakarta yang juga menjadi kerabat dekat AREMANIA padahal 2001 masih melempari AREMANIA yang datang ke stadion Tridadi.
Miris rasanya melihat beberapa teman AREMANIA saat ini berjiwa Bonek dan lupa hakikat AREMANIA yang cinta damai dan bahkan membawa damai di Malang Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar